Branding tidak instan dan lebih penting daripada marketing dan selling, benarkah?

Kalau baca buku Authentic Personal Branding-Hubert K. Rampersad, hal ini memang benar.

Branding itu mempengaruhi, menciptakan image, membuat sesuatu memiliki persepsi-identitas-emosi dan perasaan tertentu.

Contoh real:
– Teh Botol dan S-Tee berbeda image, walaupun sama-sama teh dalam kemasan dari perusahaan yang sama
– Aqua dan Vit, beda harga beda image, walaupun sama-sama produk air mineral dari perusahaan yang sama
– Toyota memisahkan produk Mobil mewah dalam brand Lexus agar bisa membentuk image yang terpisah dengan Toyota

Branding dilakukan sebelum melakukan pemasaran dan penjualan. Tanpa image yang kuat, pemasaran tidak efektif dan penjualan tidak maksimal, karena seperti memaksakan sesuatu kepada khalayak yang belum kenal dengan produk, atau malah khalayak bingung dengan produk yang punya banyak image yang mungkin bertentangan.

Pemasaran adalah usaha memperkenalkan sesuatu ke pasar dengan mengirimkan pesan yang yang sesuai dengan audiens target melalui berbagai saluran. Pemasaran menciptakan pemahaman akan suatu produk dengan tujuan menanam benih untuk penjualan.

Penjualan adalah upaya meyakinkan khalayak untuk dapat membeli/menggunakan/memakai produk yang ditawarkan.

Sama juga dengan Personal Branding, untuk dapat membentuk image tidak dapat hanya dibentuk dalam 1 hari dalam 1 kali event.

Personal Branding dibentuk dari pemikiran, gagasan, aksi nyata, pengalaman, rekam jejak dan komunikasi. Reaksi terhadap suatu kenyataan yang dihadapi juga termasuk poin kuat atau tidaknya personal branding.

Bagaimana kita membranding sebagai pribadi yang berpengalaman kalau rekam jejak nyata tidak ada?
Bagaimana branding orang kreatif bisa terbentuk kalau tidak pernah menyampaikan gagasan yang original?
Bagaimana bisa klaim seorang Fast Learner, kalau ChatGPT saja belum pernah mencoba?

#PersonalDevelopment
#OptimasiKerja
#Karir

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top