Fenomena “quiet quitting”, dilihat dari berbagai sudut pandang

Sebenarnya, fenomena “quiet quitting” tidak dapat disederhanakan begitu saja. Quiet quitting adalah suatu sikap seseorang yang berhenti melakukan sesuatu yang ekstra dalam pekerjaannya.

Orang yang menerapkan quiet quitting ini tetap masih bekerja secara keseharian, tetapi tetap dalam batas-batas persyaratan pekerjaannya. Pola pikir ini tidak ada hubungannya dengan berhenti atau resign dari pekerjaan.

Untuk dapat memahami quiet quitting, perlu pemahaman tentang jenis dan kategori pekerjaan. Ada dua kategori pekerjaan yang perlu diperhatikan:

1. Berbasis waktu/Activity
Contohnya adalah pekerjaan keamanan, front office, call center, dan lini produksi. Pekerjaan-pekerjaan ini hanya dilakukan selama jam kerja. Di luar jam kerja tidak ada layanan yang harus dikerjakan, atau kalau selalu ada pekerjaan akan ada pergantian shift.

2. Berbasis pencapaian/Outcome
Pekerjaan jenis ini melibatkan manajemen tugas dan penyelesaiannya dalam batas waktu tertentu.

Perbedaan di antara kategori-kategori ini menjadi masalah yang sebenarnya. Ada yang bekerja dengan rajin, mencapai target harian, dan menyelesaikan tugas sebelum jam 17:00. Ada juga yang bekerja biasa-biasa saja, kadang-kadang mencapai target, kadang-kadang tidak. Tanggung jawab mereka sering kali belum selesai pada jam 17:00. Ada juga yang santai dalam bekerja, menikmati pekerjaan, tidak peduli dengan target, tetapi pulang tepat waktu.

Mereka yang memiliki kinerja baik, seharusnya mendapatkan penghargaan.
Bagaimana dengan mereka yang kinerjanya di bawah standar? Apakah adil jika dibandingkan dengan rekan kerja yang bekerja dengan baik dan pulang tepat waktu?

Hal ini terkait dengan target dan tuntutan pekerjaan yang melibatkan tiga pihak: HR (Sumber Daya Manusia), atasan, dan karyawan itu sendiri.
Jika ada ketidakwajaran, harus ada penyesuaian.
Jika ada keberatan dan tidak ada titik temu, maka mungkin resign adalah solusinya.

Inilah perbedaan antara Tim Berbasis Activity dan Tim Berbasis Outcome.

Tim berbasis Activity akan selalu sibuk, tanpa mempertimbangkan apakah Activity tersebut berdampak atau tidak.

Tim berbasis Outcome akan menggunakan kegiatan sebagai sarana untuk mencapai Outcome. Kegiatan mereka dapat berbeda, tetapi harus mengarah pada hasil yang sama.

Outcome juga akan mendorong tim untuk selalu mengoptimalkan kegiatan mereka. Jika dianggap tidak tepat atau tidak mengarah pada Outcome, kegiatan tersebut harus disesuaikan.

#OptimasiKerja
#OptimasiBisnis
#Manajemen

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top