Kehadiran ChatGPT dan teknologi AI lainnya telah menjadi game changer dalam dunia professional. Ada kekhawatiran (bahkan telah terjadi), AI menggantikan peran manusia dalam menjalankan pekerjaannya.
Tapi sebenarnya kalau kita flashback ke belakang, dalam sejarah perkembangan manusia, selalu ada disrupsi yang “mengganggu/menggantikan” peran manusia.
– Era Revolusi industri 1.0 Mesin UAP menggantikan tenaga manual manusia
– Era Revolusi industri 2.0 Listrik memunculkan mesin elektrik termasuk telekomunikasi
– Era Revolusi industri 3.0 perkembangan mesin pintar berupa Komputer & Software telah mengambil alih banyak pekerjaan manusia dengan otomatisasi
– Era Revolusi industri 4.0 Akselerasi teknologi “internet of things” memicu adanya layanan baru yang tidak dikenal sebelumnya.
Pada setiap revolusi industri, selalu ada pola yang sama, manusia harus menyesuaikan diri atau tergantikan dan tergilas oleh zaman. Adaptasi berarti manusia yang harus menggerakkan teknologi, bukan teknologi yang menggerakkan manusia.
Pada awalnya, komputer hanya memiliki kemampuan untuk komputasi, kemudian muncul bahasa pemrograman. Manusia sebagai Brainware yang mengarahkan komputer untuk menjalankan perintah sesuai yang disusun oleh pembuat program. Kalau manusia tidak bisa mengarahkan komputer melalui bahasa pemrograman, maka komputer tidak lebih dari mesin kalkulator berukuran besar.
Begitu juga dengan kondisi saat ini. Apakah kita sebagai pengguna teknologi telah mampu “menyetir” ChatGPT ? atau malah tidak tahu cara menggunakannya? Masih memperlakukan ChatGPT seperti Google. Ini sama saja memperlakukan komputer sebagai kalkulator berukuran besar. Tidak salah sih, tapi terlalu “Overkill” karena tidak mampu menggunakannya.
Tapi disisi lain, kita juga perlu hati-hati, terlalu banyak diperdaya oleh tools, akan menurunkan daya pikir dan kreativitas kita. Jangan semua diserahkan kepada mesin. Otak manusia perlu asupan latihan, agar kinerja dan memorinya terus tetap terjaga. Merangkai kata dan menuliskannya menjadi salah satu olahraga otak yang penting untuk selalu dijaga. Itulah kenapa pikun terjadi di usia senja pasca pensiun, karena otak tidak dipakai seaktif masa produktifnya.
Berkaca dari hal tersebutlah, kenapa anak sekolah pada tingkatan dasar tidak memakai kalkulator, padahal jika pakai kalkulator perhitungan-perhitungan akan jadi sangat mudah. Akan sangat merusak pola perkembangan anak jika hal-hal dasar tidak dikuasai karena diserahkan kepada tools. Kualitas problem solving akan sangat rendah kalau sejak dini tidak dilatih untuk menyelesaikan problem dasar.
Tools semacam ChatGPT dan sejenisnya bisalah sesekali dipakai, untuk variasi dan memancing kreativitas. Tapi ketika ada ketergantungan dan selalu pakai tools, maka sesungguhnya manusia sebagai operatornya tidak diperlukan lagi karena operator sudah bisa digantikan oleh otomasi.
#OptimasiKerja
#PersonalDevelopment
#Manajemen