Skip to content

Background Checking, Referensi, Reputasi, dan Jejak Digital Itu Mahal

Beberapa waktu yang lalu, seorang kolega menghubungi saya untuk melakukan background checking salah satu kandidat yang sedang dia proses. Purposenya untuk menanyakan beberapa hal terkait dengan attitude dan kemampuan bekerja.

Hal seperti ini sangat umum. Tanpa sepengetahuan kandidat, perusahaan bisa melakukan “kepo” dari berbagai sumber, diantaranya:

  1. “Kepo” aktivitas dari Media sosial
  2. Kontak referensi yang tercantum dalam form aplikasi
  3. Bertanya ke relasi perusahaan lain
  4. Melakukan official background checking

Semua ini adalah bagian dari upaya memahami reputasi dan kredibilitas kandidat, bukan hanya dari skill teknis tapi juga dari attitude.

Untuk permintaan background checking, saya berupaya untuk obyektif berbasis data yang ada. Bukan berarti diberikan data mentah, tapi tetap dibungkus sesuai dengan kebutuhan. Karena data internal tetaplah data konfidensial. Untuk pertanyaan tentang attitude akan direspon by case, karena banyak aspek yang perlu dilihat, termasuk sejauhh mana informasi dapat diberikan.

Salah satu kalimat yang selalu saya ulang-ulang dalam exit interview “Jaga nama baik perusahaan, perusahaan juga akan jaga nama baikmu. Mungkin suatu saat kita bertemu di kesempatan yang berbeda, peran yang berbeda dan dalam posisi yang berbeda. Mungkin kolaborasi, mungkin kerja sama atau hal lain”.

Kita tidak bisa mengontrol “siapa yang bertanya tentang kita”, dalam rangka mencari fakta “kredibilitas” dan attitude kita. Yang bisa kita lakukan adalah membangun image positif di ruang fisik dan digital.

Tags:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *