Tim: “Mohon maaf sebelumnya, sepertinya saya belum bisa melanjutkan implementasi Project Inisiatif ini. Terima kasih banyak atas kesempatan dan kepercayaannya”
Saya: “Nanti cari waktu ya, kita ngobrol dulu, cari waktu yang sama-sama kosong”
S: “Jadi apa yang jadi kendala kamu untuk implementasi Project Inisiatif ini?”
T: “Setelah long weekend kemarin, saya telah mempertimbangkan dengan matang. Saya merasa cukup mentok dengan ide-ide baru yang bisa saya implementasikan agar goals Project Inisiatif ini bisa tercapai tepat waktu. Sehubungan dengan itu, saya ingin bertanya apakah memungkinkan jika implementasinya dapat dialihkan kepada rekan lain yang lebih sesuai, Pak?”
S: “Sebenarnya kalau kamu lihat, goals Project Inisiatif ini align dengan metrik kinerjamu. Kemarin juga saya sudah menyampaikan, kamu bisa membentuk tim sukses untuk membantu.”
T: “Benar pak, tapi sepertinya dengan Project exising yang masih perlu dinaikkan performancenya, tambahan Project Inisiatif ini bisa menambah beban dan bisa menyebabkan Project exising terlambat”
S: “Begini aja, kita adjust sedikit goalsnya. Tidak harus ide/hal baru, tapi fokus pada pencapaian goals, karena goals Project Inisiatif ini juga align dengan kinerjamu. Kalau seperti itu, apakah kita bisa lanjutkan?”
T: “Baik pak. Sekarang sudah clear. Project Inisiatif bisa saya lead. Karena kalau harus ide/hal baru sepertinya sudah sangat penuh dengan exising project. Saya akan fokus pada goals nya.”.
Overthinking muncul bukan karena masalah besar, tapi karena terlalu lama dipikir dan dipendam sendiri.
Ngobrol bisa jadi obat.
Ngobrol bisa jadi solusi.
Ngobrol bukan hanya transfer informasi.
Ngobrol bisa menyelesaikan masalah yang tak terpikir.